Pancaroba Pasca Kemarau Basah
Hujan yang masih sering terjadi saat seharusnya musim kemarau menjadikan musim hujan kali ini terasa istimewa. Perbedaan antara musim kemarau dan musim penghujan yang biasanya terlihat jelas menjadi samar. Bahkan, berdasarkan evaluasi musim kemarau BMKG, beberapa daerah tertentu yang sebelumnya juga mengalami kemarau, pada tahun ini tidak mengalami musim kemarau sama sekali. Artinya, daerah tersebut mengalami musim hujan hampir sepanjang tahun 2016.
Musim hujan menurut definisi BMKG yaitu jika curah hujan yang turun pada suatu wilayah dalam satu dasarian ( 10 hari ) sama atau lebih dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa dasarian berikutnya. Sedangkan musim kemarau tentu sebaliknya, yaitu jika curah hujan yang turun pada suatu wilayah dalam satu dasarian ( 10 hari ) kurang dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa dasarian berikutnya. Satuan milimeter curah hujan digunakan oleh BMKG berarti ketinggian air hujan yang terkumpul dalam penakar hujan pada tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap dan tidak mengalir. Curah hujan 1 milimeter (mm) artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung tertampung air hujan sebanyak satu liter.
Prakiraan musim hujan 2016/2017 di Banten
Dalam memperkirakan musim suatu wilayah, BMKG membagi wilayah prakiraan musim dengan sebutan zona musim (ZOM). ZOM adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan . Sedangkan daerah-daerah yang pola hujan rata-ratanya tidak memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan disebut non-ZOM. Luas suatu wilayah ZOM tidak selalu sama dengan luas suatu wilayah administrasi pemerintahan. Dengan demikian, suatu wilayah ZOM bisa terdiri dari beberapa kabupaten atau kota, dan sebaliknya suatu wilayah kabupaten atau kota bisa terdiri atas beberapa ZOM. Awal musim hujan atau kemarau dan sifat hujan dari masing – masing ZOM bisa berbeda-beda.
Berdasrakan Prakiraan Musim Hujan 2016/2017 BMKG, awal musim hujan 2016/ 2017 di 342 Zona Musim (ZOM) di Indonesia diprakirakan umumnya mulai bulan September 2016 sebanyak 86 ZOM (25.1%), Oktober 2016 sebanyak 83 ZOM (24.3%), dan November 2016 sebanyak 89 ZOM (26%). Sedangkan beberapa daerah lainnya ada yang telah masuk musim hujan pada bulan Juni 2016 walaupun ada juga yang akan baru masuk musim hujan pada bulan Mei tahun depan. Jika dibandingkan terhadap rata-ratanya selama 30 tahun (1981-2010), pada umumnya sebagian besar daerah yaitu 231 ZOM (67.5%) lebih maju awal musim hujannya. Sedangkan 66 ZOM (19.3%) diprakirakan sama terhadap rata-ratanya dan sebagian kecil mundur terhadap rata-ratanya sebanyak 33 ZOM (9.6%). Jika ditinjau dari sifat hujannya, selama musim hujan 2016/ 2017 di sebagian besar daerah yaitu 174 ZOM (50.88%) diprakirakan akan bersifat normal. Sedangkan 164 ZOM (47.95%) diprakirakan di atas normal dan hujan di bawah normal diprakirakan hanya sebanyak 4 ZOM (1.17%).
Untuk wilayah Banten, Provinsi Banten terbagi menjadi sembilan ZOM dan satu wilayah non ZOM. Berdasarkan prakiraan musim hujan 2016/2017 yang dikeluarkan oleh Stasiun Klimatologi Pondok Betung, awal musim hujan di wilayah Banten mulai dari akhir Agustus 2016 hingga awal Desember 2016. Kabupaten Pandeglang bagian utara dan Kabupaten Serang bagian barat diperkirakan mengawali dengan sudah masuk musim hujan pada Agustus lalu. Sedangkan yang terakhir masuk musim hujannya yaitu Kabupaten Serang bagian timur laut dan Kabupaten Tangerang bagian utara yang diperkirakan baru akan masuk musim hujan pada awal Desember 2016. Suhu muka laut di pasifik equator tengah yang mendingin, Indeks Dipole Mode Samudera Hindia yang negatif serta suhu muka laut wilayah Indonesia yang menghangat menjadikan semua wilayah Banten lebih maju awal musim hujannya jika dibandingkan rat-ratanya. Sedangkan ditinjau dari sifat hujannya, diprakirakan musim hujan di Banten bersifat normal dan di atas normal.
Pancaroba
Kondisi cuaca ekstrim yang terjadi pada musim pancaroba pada umumnya diakibatkan oleh kondisi atmosfer yang sangat labil dengan massa udara yang cukup basah. Atmosfer yang labil mengakibatkan awan yang terbentuk menjadi besar dan menjulang tinggi, yang disebut sebagai awan Cumulonimbus (awan Cb). Dari awan inilah fenomena cuaca ekstrim biasanya terjadi. Hujan deras meskipun dalam waktu tidak lama, petir, hujan es, angin kencang bahkan hingga puting beliung berpeluang terjadi jika terdapat awan jenis ini.
Pemantauan potensi terjadinya kejadian cuaca ekstrim memang selalu dilakukan BMKG. BMKG juga selalu memperbarui informasi prakiraan potensi terjadinya cuaca ekstrim tersebut. Informasi ini selalu disampaikan kepada fihak-fihak terkait yang berwenang dan juga ke masyarakat. Akan tetapi,terjadinya cuaca ekstrem pada masa pancaroba seringkali sangat lokal dalam wilayah yang tidak luas serta dalam waktu yang relatif singkat. Akibatnya, pemantauan kondisi cuaca ekstrem tersebut seringkali tidak mudah dilakukan oleh instansi yang berwenang dalam hal ini BMKG. Peralatan yang ada serta kerapatan titik pengamatan tak jarang masih belum mampu menjangkau kejadian dalam wilayah yang sangat lokal.
Karenanya, selain memperhatikan informasi dari fihak berwenang, kewaspadaan setiap pribadi menjadi sangat penting. Salah satunya, jika mendapati tanda-tanda akan terjadinya cuaca ekstrim maka perlu waspada dan berhati-hati. Menurut rilis dari BMKG, tanda – tanda potensi cuaca ekstrim antara lain : udara terasa panas dan gerah, terjadi partumbuhan awan yang cepat, awan tiba-tiba gelap dan angin dingin berhembus makin kencang, serta terjadi kilat dan petir. Selain itu, juga perlu untuk menghindari struktur benda-benda yang mudah tumbang oleh hembusan angin, menghindari daerah tebing yang rawan longsor serta mengenali wilayah sekitar agar mudah mencari perlindungan serta upaya pencegahan lainnya juga merupakan hal yang perlu dilakukan guna meminimalisir dampak bencana.
dimuat di harian Satelitnews, 30 Okt 2016
Komentar
Posting Komentar