Banjir Yang Enggan Menyingkir


Hujan yang mengguyur sebagian wilayah Banten beberapa waktu ini mengakibatkan banjir dan genangan di berbagai lokasi. Di Kabupaten Lebak, lima desa di dua kecamatan terendam banjir akibat hujan yang mengguyur sejak Sabtu (22/10/2016) malam hingga Minggu dini hari (23/10/2016). Dikutip dari berbagai media, banjir tersebut akibat luapan sungai akibat meluap Sungai Cilemer dan Sungai Cisangu. Akibatnya lima desa yaitu  Desa Umbul Jaya, Taman Sari, Ciruji dan Cikeusik di Kecamatan Banjarsari serta Desa Cimenteng Jaya di Kecamatan Cibadak terrendam. Hujan juga mengakibatkan ratusan warga Rangkasbitung yang tinggal di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung mulai mengungsi karena sungai terus meluap.Beberapa sungai lain di Kabupaten Lebak juga mulai meluap, seperti Sungai Ciberang dan Cisimeut. Untuk wilayah Tangerang, hujan deras mengakibatkan genangan setinggi 20 cm di ruas Jalan Dipati Unus, Cibodas, Tangerang. Akibatnya banyak motor yang mogok saat mencoba melintas di lokasi
Berdasarkan pantauan citra satelit Himawari, sejak sabtu (22/10/2016) liputan awan terlihat merata di pulau Jawa terutama bagian barat. Akibatnya, beberapa peristiwa kebencanaan akibat curah hujan yang tinggi tak hanya terjadi di Banten saja. Ibu kota DKI Jakarta dikabarkan juga telah muncul genangan-genangan. Selain itu wilayah Pelabuhan Ratu juga terjadi banjir dan longsor meski dalam skala tidak terlalu besar.
Hujan yang turun saat ini merupakan pertanda masih berlangsungnya kemarau basah. Yaitu masih banyaknya hujan saat seharusnya musim kemarau. Berdasarkan prakiraan musim kemarau yang dikeluarkan Stasiun Klimatologi Pondok Betung,  seharusnya wilayah Provinsi Banten pada umumnya sudah masuk musim kemarau. Menurut prakiraan tersebut, daerah paling awal masuk musim kemarau (bulan april 2016) yaitu sebagian wilayah Banten bagian utara. Sedangkan yang paling akhir masuk musim kemarau ( akhir juni - awal juli 2016) yaitu sebagian wilayah Pandeglang, Lebak bagian barat dan Serang bagian barat daya. Akan tetapi, beberapa kondisi atmosfer dan lautan memberikan peluang masih banyaknya hujan di Provinsi ini.
Penyebab terjadinya hujan saat ini adalah lantaran suhu muka laut perairan sekitar jawa masih hangat dengan suhu sekitar 28 0C – 29 0C.  Penyimpangan atau anomali suhu muka laut juga tinggi mencapai +0,5 0C – 2,5 oC. Hal ini mendukung terjadinya pertumbuhan awan yang aktif khususnya di wilayah Provinsi Banten dan menambah peluang terjadinya kondisi ekstrim. Ditambah lagi dengan adanya intrusi udara kering dari sebelah selatan indonesia mengakibatkan massa udara basah berada wilayah Indonesia bagian selatan termasuk pulau Jawa. Dari pantauan satelit Himawari kanal water vapour terlihat intrusi udara kering ini mendesak massa udara basah ke arah wilayah Jawa termasuk Banten yang mengakibatkan massa udara yang basah berkumpul di wilayah ini. Dampak dari adanya intrusi udara kering ini sebelumnya juga pernah dirasakan warga Banten. Yaitu saat banjir merendam  sekitar seribu lebih rumah di Kecamatan Banjarsari dan Kecamatan Gunung Kencana akibat luapan sungai Mangpeng di Kecamatan Gunung Kencana, serta luapan dari sungai Citepuseun dan Cimoyan, Kecamatan Banjarsari Pada Selasa (19/4/2016) . Intrusi udara kering ini juga berperan dalam kejadian Banjir bandang dan tanah longsor Anyer Minggu (24/7/2016).
Intrusi udara kering mempunyai dampak yang kontras jika dilihat dari posisinya terhadap lokasi intrusi udara kering ini. Wilayah yang dilintasi intrusi udara kering ini sulit terjadi hujan karena massa udaranya yang sedikit mengandung uap air. Akan tetapi, wilayah di depannya menjadi wilayah dengan pertumbuhan awan yang aktif akibat massa udara yang basah terdesak oleh intrusi udara kering yang dingin ini. Intrusi udara kering ini sebelumnya “ditarik” hingga wilayah Indonesia bagian utara oleh adanya badai tropis “Sarika” dan “Haima” di sebelah utara Indonesia. akibatnya, wilayah bagian selatan Indonesia termasuk Banten menjadi kurang hujan. Setelah kedua badai tropis tersebut melemah, intrusi udara kering ini hanya sampai di sebelah selatan Indonesia.
Kombinasi beberapai faktor tersebut mengakibatkan terjadinya kondisi cuaca yang masuk dalam kategori ekstrim pada sabtu (22/10/2016) dan minggu (23/10/2016). Pada hari sabtu (22/10/2016) pukul 23.00 WIB – 24.00 WIB, Stasiun Meteorologi Klas I Serang mencatat curah hujan mencapai 23 mm. Sedangkan pada minggu (23/10/2016), Pos Hujan BPP Ciomas mencatat curah hujan mencapai 113 mm. Curah hujan bisa dikatakan ekstrim, sesuai Perka BMKG nomor KEP 009 tahun 2010, jika dalam waktu satu jam hujan mencapai 20 mm atau dalam waktu satu hari mencapai 50 mm.
Peluang terjadinya cuaca ekstrim di Provinsi Banten nampaknya masih tinggi. Kondisi atmosfer dan lautan masih mengindikasikan terjadinya potensi tersebut. Karenanya, merupakan sebuah kemestian bagi kita semua untuk bersiap-siaga mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
dimuat di harian Banten Pos, 24 Oktober 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memutus Tradisi Di Awal Musim

Cuaca Ekstrem Yang Terabaikan