Tenggelamnya Perahu Nelayan Banten

Beberapa peristiwa kecelakaan laut yang terjadi akhir-akhir ini membuat keprihatinan yang mendalam bagi kita semua. Hal ini menggambarkan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan terkait keselamatan aktivitas di laut. Wilayah Indonesia yang berupa kepulauan dan dua pertiga wilayahnya merupakan lautan tentu saja tidak boleh abai dalam hal ini. Apalagi jika dikaitkan dengan cita – cita untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Diantara peristiwa kecelakaan laut yang menimbulkan korban jiwa yang besar adalah tenggelamnya KM Marina Baru pada 19 desember 2015 lalu. Kapal Cepat ini tenggelam di perairan Siwa, Teluk Bone dan mengakibatkan 66 dari 118 penumpang yang tercatat di manifest tewas. Sedangkan sebanyak 12 penumpang lainnya hingga kini belum diketemukan. Tidak hanya di perairan Indonesia, kecelakaan kapal yang mengakibatkan korban Warga Negara Indonesia juga terjadi di wilayah negara tetangga. Kapal yang mengangkut 35 Tenaga Kerja Indonesia menuju Malaysia tenggelam di perairan johor, Malaysia. Sejumlah 23 TKI  ditemukan tewas dalam kejadian tersebut dan sisanya belum ditemukan hingga tulisan ini dibuat. Baik KM Marina Baru maupun kapal pengangkut TKI ini diduga terkena ombak besar yang mengakibatkan keduanya tenggelam.
Untuk wilayah Banten, berdasarkan catatan Badan SAR Nasional (BASARNAS) Provinsi Banten, terjadi kecelakaan laut di perairan Banten sebanyak 33 kali di tahun 2015. Dari puluhan kecelakaan laut tersebut, mengakibatkan 25 orang yang merupakan wisatawan tercatat meninggal dunia. Kendati angka kecelakaan laut ini mengalami peningkatan jika dibandingkan pada tahun 2014, namun terjadi penurunan dalam hal jumlah korban.
Kejadian terakhir, seperti diberitakan Harian Banten Raya, sejumlah 23 perahu perahu nelayan di Pandeglang tengelam karena cuaca ekstrim. Perahu yang tenggelam itu milik nelayan dua kecamatan yakni Panimbang dan Labuan, dengan rincian dua unit perahu nelayan Panimbang, dan 21 perahu nelayan Labuan. Akibat perahunya tengelam, sejumlah nelayan tidak bisa melaut dan mengalami kerugian ratusan juta.
Kondisi cuaca pada hari senin (8/2) di wilayah selatan Banten termasuk Labuan dan Penimbang memang terpantau kurang bersahabat. BMKG telah memberikan early warning atau peringatan dini gelombang tinggi di wilayah Selat Sunda bagian selatan. Ketinggian gelombang diperkirakan bisa mencapai 2,5 meter. Dari pantauan citra satelit, juga terlihat pertumbuhan awan di selat sunda bagian selatan. Meskipun tidak luas, akan tetapi beberapa sel awan Cumulunimbus terlihat terbentuk di wilayah tersebut pada saat kejadian. Wilayah Labuan juga dilanda hujan dengan intensitas tinggi pada beberapa hari terakhir hingga terjadi banjir.
Pada saat Monsun Asia atau kita kenal sebagai Musim Baratan seperti saat ini, ketinggian gelombang laut  biasanya naik cukup signifikan. Kecepatan angin pada musim baratan cukup tinggi dan hal inilah yang memicu terjadinya kenaikan tinggi gelombang laut. Semakin cepat angin yang terjadi semakin tinggi pula gelombang yang ditimbulkan. Saat ini, posisi semu matahari di sebelah selatan mengakibatkan banyak terjadi Area Pusat Tekanan Udara Rendah di sebelah selatan Indonesia. Beberapa diantaranya berkembang menjadi Badai Tropis atau Siklon Tropis. Kecepatan angin di Area Pusat Tekanan Rendah ataupun Badai Tropis ini sangat tinggi. Akibatnya, gelombang laut disekitarnya juga tinggi. Bahkan gelombang laut yang tinggi akibat adanya Area Pusat Tekanan Rendah ataupun Badai Tropis ini bisa terjadi jauh dari lokasinya. Apalagi ditambah dengan kumpulan  awan yang terjadi disekitar pusatnya, daerah pertemuan angin atupun daerah belokan angin . Pertumbuhan awan yang tinggi ini memungkinkan terbentuknya sel-sel awan Cumulunimbus yang besar dan berakibat pada bertambahnya kecepatan angin di wilayah tersebut. Dampaknya, gelombang laut yang terjadi semakin tinggi juga.
Saat kejadian tenggelamnya 23 perahu nelayan tersebut, terdapat Area Pusat Tekanan Rendah di Samudera Hindia sebelah barat daya Banten. Meskipun tidak berada di wilayah Indonesia akan tetapi pengaruh pada bertambahnya ketinggian gelombang terasa sampai wilayah indonesia khususnya perairan selatan Banten. Untuk wilayah Banten, selama 2016 hingga tulisan ini dibuat, telah dikeluarkan peringatan dini gelombang tinggi sebanyak 14 kali. Umumnya potensi gelombang tersebut terjadi di wilayah perairan selatan Banten atau Selat Sunda bagian selatan sebagai akibat dari aktivitas Pusat Tekanan Rendah atau Badai Tropis di sebelah selatan Indonesia.
Selain itu, terdapat daerah pertemuan angin yang biasa disebut  Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (Inter Tropical Convergence Zone / ITCZ), yang saat itu juga berada di atas wilayah jawa. Ditambah lagi dengan posisi Madden-Julian Oscillation (MJO) yang berada pada fase 4 yaitu diatas wilayah Indonesia bagian barat.  MJO merupakan variasi intraseasonal (30-90 harian) yang tejadi di wilayah tropis. Jika MJO berada pada sebuah wilayah, dampaknya terjadi penambahan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan. Sehingga pembentukan awan menjadi aktif dan hujan terjadi selama beberapa hari. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (Inter Tropical Convergence Zone / ITCZ) juga memicu pertumbuhan awan yang lebih aktif  jika berada di suatu wilayah. Beberapa kondisi tersebut menjadikan pertumbuhan awan menjadi lebih banyak dan menimbulkan cuaca ekstrim di banyak wilayah di Indonesia termasuk Banten.
Berbagai faktor tersebut memungkinkan terjadinya gelombang tinggi dan bisa termasuk dalam kategori ekstrim. Sesuai Perka BMKG nomor KEP 009 tahun 2010, gelombang laut ekstrim adalah gelombang laut signifikan dengan ketinggian lebih besar dari atau sama dengan  2 (dua) meter. Sehingga keputusan nelayan untuk tidak melaut pada saat itu sudah tepat guna menghindari hal – hal yang tidak diinginkan seperti jatuhnya korban jiwa.
Dugaan terjangan ombak yang mengakibatkan kecelakaan laut menjadi hal yang patut mendapatkan perhatian serius. Aktivitas di laut baik berupa kegiatan wisata, perikanan, transportasi,dll tentunya tidak akan bisa dipisahkan dengan kondisi laut sendiri. Diantaranya adalah gelombang dan arus laut yang merupakan kondisi alamiah yang pasti dialami oleh siapapun yang beraktivitas di laut ataupan pantai. Karenanya, informasi tentang gelombang dan arus laut dari instansi yang berwenang diharapkan menjadi panduan bagi setiap aktivitas di laut.  Dengan semua itu, diharapkan keselamatan dan keamanan di laut lebih meningkat. Semoga.
dimuat di harian Banten raya, 19 Feb 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memutus Tradisi Di Awal Musim

Cuaca Ekstrem Yang Terabaikan