Kabar Duka Dari Langit Papua


Sejenak kita lupakan hiruk – pikuk peristiwa politik nasional dan internasional yang sedang menghangat. Mari kita tengok saudara kita di ujung timur negeri ini, yaitu Papua. Ada peristiwa penting yang seolah tergilas oleh berbagai informasi lain. Transportasi udara yang merupakan urat nadi perhubungan di Papua sedang ditimpa musibah.
Tiga insiden pesawat terbang terjadi secara beruntun selama tiga hari di Papua. Pada hari Minggu (30/10) sekitar pukul 11.07 WIT, helikopter Eurocopter jenis AS350 B3 dengan nomor registrasi PK-INA milik PT Indo Star Aviation jatuh di wilayah sekitar Kabupaten Nduga. Akibatnya, pilot helikopter luka-luka sedangkan satu kru lainnya selamat. Hari berikutnya, giliran pesawat jenis DHC 4 Caribou dengan nomor registrasi PK-SWW milik pemerintah Kabupaten Puncak, mengalami celaka pada Senin (31/10) pagi. Pesawat tersebut hancur pada koordinat 04 06 48 LS - 137 38 88 BT dengan ketinggian 12.000 feet atau sekitar 6 nautical mile dari distrik Jita. Empat orang kru pesawat tersebut seluruhnya meningggal dunia. Selanjutnya, pada selasa (1/11) sekitar pukul 09.05 WIT giliran pesawat Aviastar dengan nomor registrasi PK-BRS tergelincir di Bandar Udara Arumaga Distrik Ilaga akibat pecah ban.  Tidak ada korban jiwa pada peristiwa ini.
Penyebab tergelincinya Aviastar PK-BRS sudah bisa diketahui. Sedangkan helikopter Eurocopter PK-INA diduga terkena angin kencang yang datang dari arah selatan. Untuk pesawat DHC 4 Caribou PK-SWW tentu memerlukan penyelidikan yang cukup lama untuk mengidentifikasi penyebab kecelakaan tersebut karena seluruh awak pesawat meninggal dunia.
Dibandingkan dengan wilayah lainnya, kondisi medan dan cuaca di Papua memang istimewa. Kondisi alam yang berupa pegunungan tinggi, cuaca yang sangat cepat berubah dan kadang ekstrem, kondisi runway yang berada di pegunungan, serta masih banyak lagi tantangan yang harus dihadapi bagi dunia penerbangan.
Ketiadaan pengamatan cuaca pada lokasi terjadinya kecelakaan tentu saja menjadi tantangan tersendiri bagi KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) untuk menyelidiki penyebab kecelakaan tersebut. Untuk mengetahui kondisi cuaca di sekitar lokasi saat terjadi kecelakaan pesawat DHC 4 Caribou PK-SWW, kemungkinan akan mengandalkan citra pengideraan jarak jauh. Salah satu yang bisa digunakan yaitu citra satelit Himawari 8.  Berdasarkan citra satelit Himawari 8, terlihat awan tebal menyelimuti Papua tengah bagian selatan. Dari berbagai kanal yang ada, citra awan terdeteksi di semua kanal. Artinya, awan ini memang merupakan awan tebal dan bahkan bisa jadi turun hujan di beberapa wilayah. Di antara awan tebal tersebut terdeteksi adanya awan Cumulonimbus. Awan ini memang dikenal sebagai awan yang berbahaya bagi penerbangan. Berbagai aktivitas di dalam atau di sekitar awan ini seperti badai petir, icing, turbulensi, dsb bisa mengakibatkan kerusakan pada pesawat. Namun apakah pesawat tersebut melewati awan Cumulunimbus atau tidak, masih perlu diteliti lebih lanjut. Citra satelit ini bisa jadi nantinya akan disandingkan dengan data Radar Cuaca yang kebetulan ada di Timika. Jika normal dan tidak ada gangguan, kedua data tersebut akan saling melengkapi sehingga bisa menggambarkan kondisi cuaca pada saat terjadi kecelakaan pesawat.
Data prakiraan SIGWX Chart terbitan WAFC (World Area Forecast Centre) London, yang memuat kondisi-kondisi signifikan bagi penerbangan, telah memperkirakan adanya peluang terjadinya awan Cumulonimbus di wilayah Papua .terutama bagian tengah hingga timur. Pembentukan awan yang aktif  termasuk awan Cumulonimbus ini dimungkinkan karena adanya belokan angin di atas wilayah Papua tengah hingga timur. Belokan angin ini memperlambat massa udara yang menjadikan peluang pembentukan awan juga tinggi.
Kita masih menunggu penyelidikan final yang dilakukan oleh KNKT untuk mengetahui penyebab kecelakaan pesawat ini. Pada umumnya penyebab kecelakaan pesawat tidaklah tunggal. Tapi merupakan kombinasi dari berbagai faktor. Kita berharap penyelidikan penyebab kecelakaan tersebut segera tuntas. Sehingga hasilnya semoga bisa dimanfaatkan untuk menunjang keselamatan penerbangan di masa mendatang terutama di Papua.
Jatuhnya pesawat ini juga sangat mengejutkan dan tentu saja memprihatinkan. Apalagi kecelakaan ini hanya sekitar dua minggu berselang dari kegiatan Presiden Joko Widodo mencanangkan program 'Satu Harga Bahan Bakar Minyak (BBM)' di Bandar Udara Nop Goliat Dekai, Yahukimo, Selasa (18/10). Di Yahukimo, Presiden juga secara langsung memeriksa pesawat Air Tractor AT-802 pesawat pengangkut BBM yang disiapkan untuk sebagai angkutan bagi program tersebut. Kejadian tersebut bisa saja menjadi ancaman serius bagi berbagai program yang direncanakan oleh pemerintah pusat bagi Papua. Kehadiran negara lewat program Nawacita, termasuk 'Satu Harga BBM’, yang diharapkan dapat dirasakan oleh warga bisa berubah menjadi kekecewaan. Kecewa lantaran transportasi udara yang merupakan alat transportasi yang sangat vital bagi masyarakat Papua masih sangat jauh dari kesan aman
 dimuat di harian Balipost , 05 Desember 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memutus Tradisi Di Awal Musim

Cuaca Ekstrem Yang Terabaikan