Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2016

Banjir, Datang Dan datang Lagi

Banjir besar kembali terjadi di kota Bandung. Setelah hujan turun dengan deras pada Rabu (9/10), Sungai Citepus meluap da­n tidak mampu menampung air hujan yang datang tiba-tiba. Jalanan lagi –lagi menjadi layaknya sungai dengan arus yang deras.   Dua mobil hanyut terbawa banjir. Jika dilihat dari curah hujan yang turun, curah hujan pada banjir kali ini sebenarnya tidak sebesar seperti pada saat banjir 24 oktober lalu. Curah hujan di Stasiun Geofisika Klas I Bandung ditakar sebesar 54 milimeter (mm). Jika merujuk pada Peraturan Kepala (Perka) BMKG no : KEP. 009 Tahun 2010   , curah hujan ini memang termasuk hujan ekstrem jika ditinjau dari hujan satu jam maupun satu hari/24 jam.    Sedangkan pada banjir 24 Oktober curah hujan yang ditakar Stasiun Geofisika Klas I Bandung sebesar 77,5 milimeter (mm). curah hujan ini termasuk kategori ekstrem baik dalam curah hujan satu jam maupun curah satu hari/24 jam. Curah hujan disebut ekstrem berdasarkan Perka tersebut ialah ...

Menjaga Asa Menjadi Poros Maritim Dunia

“Indonesia akan menjadi poros maritim dunia, kekuatan yang mengarungi dua samudera, sebagai bangsa bahari yang sejahtera dan berwibawa”. Demikian yang disampaikan Presiden Jokowi dalam   KTT Asia Timur, di Nay Pyi Taw, Myanmar tahun lalu. Akan tetapi, harapan menjadi poros maritim ini tercoreng dengan beberapa kejadian kecelakaan laut akhir-akhir ini. Kapal pengangkut TKI dari Malaysia tenggelam pada Rabu (2/11), yang mengakibatkan 54 orang meninggal dunia. Disusul dua hari berikutnya kapal nelayan juga tenggelam di perairan Selat Malaka yang mengakibatkan tiga awaknya hilang hanyut dibawa arus. Selanjutnya perahu wisatawan terbalik pada Sabtu (04/11) akibat dihantam ombak di Bali yang mengakibatkan tiga orang meninggal. Tiga peristiwa kecelakaan di wilayah laut NKRI tersebut telah mewakili tiga kegiatan di laut yaitu bidang transportasi, perikanan dan wisata. Ketiga kejadian tersebut, berdasarkan keterangan sementara, diakibatkan sesuatu yang pasti dialami siapapun yang berak...

Harapan Swasembada Pangan Di Tengah Perubahan Iklim Dunia

Sebagai makanan pokok mayoritas warga negara, komoditas beras memainkan peran penting di Republik ini. Ketersediaannya menjadi pertaruhan berhasil atau tidaknya para pemangku kekuasaan dalam memimpin bangsa. Jika sampai beras tidak cukup tersedia untuk memenuhi kebutuhan penduduk, maka gejolak besar sangat mungkin terjadi dan mengancam stabilitas nasional. Karenanya, pengadaan beras baik dari produksi dalam negeri maupun impor selalu menjadi perdebatan yang panjang. Akan tetapi, semua sepakat bahwa idealnya pemenuhan kebutuhan pangan terutama beras seharusnya berasal dari dalam negeri atau dengan kata lain swasembada. Pemerintah melalui Kementrian Pertanian membuat target swasembada pangan khususnya beras akan tercapai pada 2017 atau paling lambat 2018. Berdasarkan data Kementrian Petanian, kebutuhan beras nasional tahun 2015 sebanyak 33,35 juta ton. Sedangkan produksi padi pada tahun Tahun 2015, berdasarkan Angka Tetap Produksi Padi Badan Pusat Statistik (BPS) , diperkirakan sebes...